Jenderal Dudung Abdurrahman | Garda Nasional dalam Rakernas Perdana PWI Laskar Sabilillah
Kresek Banten, BeritaTempo.online -- Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pertama Persatuan Walisongo Indonesia (PWI) Laskar Sabilillah yang digelar di Pondok Pesantren Nahdatul Ulum pada 30 November hingga 1 Desember berlangsung dengan meriah dan sukses. Acara ini mendapatkan pengamanan dan pengawalan ketat, terutama untuk tokoh-tokoh penting seperti K.H. Imaduddin Ustman dan Kyai Abbas.
Pasukan elit Laskar Sabilillah yang dibentuk di bawah naungan PWI memiliki visi dan misi utama untuk memberikan pengawalan ekstra kepada para kyai dan tokoh agama Nusantara di seluruh Indonesia. Pasukan ini juga bertugas menjaga keamanan dan stabilitas umat Islam dari berbagai ancaman, baik fisik maupun ideologis.
Kontroversi Terkait Nasab Kaum Ba'alawi
Dalam Rakernas tersebut, K.H. Imaduddin Ustman memaparkan tesis yang mengundang perhatian, yaitu pandangan bahwa kaum Ba'alawi bukanlah dzuriyat langsung Rasulullah SAW. Pendapat ini menimbulkan perdebatan, terutama terkait validitas nasab yang sering menjadi isu sensitif di kalangan umat Islam.
K.H. Imaduddin menegaskan bahwa pandangannya didasarkan pada penelitian sejarah yang bertujuan untuk meluruskan pemahaman umat. Hal ini menjadi salah satu poin penting yang dibahas dalam Rakernas, mengingat implikasinya terhadap hubungan sosial dan keagamaan di Indonesia.
Rakernas ini juga dihadiri oleh tokoh nasional, Jenderal (Purn.) Dudung Abdurachman, yang memberikan tausiyah dan pembekalan kepada peserta. Dalam ceramahnya, beliau menyampaikan bahwa PWI Laskar Sabilillah hadir bukan untuk memfitnah, melainkan untuk meluruskan sejarah dan menjaga keutuhan bangsa.
“Banyak fenomena di luar negeri, seperti di Timur Tengah – Lebanon, Suriah, Iran, Irak, Libya, Mesir – di mana umat Islam yang satu agama justru saling berbunuhan hanya karena perbedaan mazhab antara Syiah dan Sunni. Pertanyaannya, siapa dalang di balik semua ini?” ujar Jenderal Dudung.
Jawaban spontan dari peserta Rakernas menyebutkan “Ba’alawi,” yang mengindikasikan adanya pihak tertentu yang menginginkan perpecahan serupa terjadi di Indonesia.
Rakernas juga dihadiri oleh Gus Sukoirin, pendiri Pondok Pesantren Mburi Wong Bodho di Menganti, Gresik, Jawa Timur, yang kini menjabat sebagai Panglima Besar PWI Laskar Sabilillah. Dalam sambutannya, Gus Sukoirin menyampaikan pesan tegas bahwa perjuangan PWI Laskar Sabilillah tidak akan berhenti sampai para perusak sejarah benar-benar pergi dari Indonesia.
“PWI Laskar Sabilillah akan terus menjadi garda terdepan dalam meluruskan sejarah. Perjuangan ini bukan hanya tentang melawan fitnah, tetapi juga menjaga keutuhan umat dan bangsa,” tegasnya.
Perjuangan Meluruskan Sejarah Rakernas pertama PWI Laskar Sabilillah menjadi tonggak penting dalam perjuangan meluruskan sejarah dan menjaga persatuan umat Islam di Indonesia. Kehadiran tokoh-tokoh penting, diskusi mendalam, dan komitmen yang kuat dari para anggota menunjukkan bahwa perjuangan ini akan terus berlanjut demi kedamaian dan keutuhan bangsa.
Editor : Adytia Damar
Posting Komentar